MAIN MENU

Rabu, 15 Februari 2012

Guitar Pro 6 full version with Crackeygen+sound bank.



Guitar Pro 6 ini tampil sangat berbeda dari versi versi sebelumnya, dengan tampilan yang lebih fresh dan sound bank yang lengkap, pastinya membuat para pecinta guitar pro ingin segera memiliki guitar pro 6 ini.
Namun proses aktivasi guitar pro 6 ini cukup susah dan tidak sama dengan versi versi sebelumnya, dan juga soundbanknya sangat besar kapasitasnya untuk didownload.
Berikut cara aktivasi guitar pro 6 :
1.Download dahulu software guitar pro nya.
2.Ekstrak dan lakukan instalasi seperti biasa.
3.Close Guitar Pro, jangan di launch sehabis instalasi.
4.Masuk ke "C:/Windows/System32/drivers/etc/", buka file host menggunakan notepad, lalu tambahkan "127.0.0.1 activation.guitar-pro.com". Klik save
5.Copy paste file "Guitarpro.dat" yang sudah disediakan dalam paket download, ke :
Untuk Windows XP :
C:\Documents and Settings\%Profile%\Application Data\Guitar Pro 6\
Untuk Vista dan 7 :
C:\Users\%Profile%\AppData\Roaming\Guitar Pro 6\ (kalau tidak ada folder Guitar Pro 6 nya, buat baru aja)
6.Klik 2x reg.reg untuk add reg.reg ke registry.
Copy/paste file "guitarpro.exe" dan "guitarpro6-patch-Fixed.exe" yang ada di dalam folder crack ke folder tempat anda menginstal Guitar Pro 6.
Misal : C:\Program files\Guitar pro 6\
7.Jalankan file "guitarpro6-patch-Fixed.exe", klik patch.
8.Sekarang coba anda jalankan Guitar Pro 6 nya.

Guitar 6 Pro, pasti sobat pernah mendengar software satu ini bukan, ? Yap, software yang dapat memainkan musik atau Composer didalamnya ini sangat banyak digemari dikalangan remaja, terutama dibidang studio. Sempat Ardie  bandingkan dengan Guitar Pro 5.2, tampilan dan isi fungsinya sangatlah berbeda, diversi 6 ini Guitar Pro sangatlah Elegan dalam hal tampilan maupun fungsi kegunaannya. Tapi ada masalah nih, sayangnya software keren ini berbayar.. hehe Tapi disini Ardie memberikannya secara Cuma-cuma alias Gratis tis tis..

Dengan Guitar Pro 6 sobat bisa mengexplorasikan diri sobat sebagai Composer musik terkenal, hehe. Dan lagu yang sobat buat bisa di Convert menjadi beberapa format musik yang Friendly dikalangan Music Player.



Hehe, Karena Ardie baru menjajal software ini, jadi belum terlalu mahir dalam menggunakannya.. Maklum aja ya...
Nah, barangkali sobat membutuhkan Sounbanknya juga..

Cheat engine 5.5


Publisher’s Description of Cheat engine 5.5

 

Download Cheat Engine 5.5 click here 

Cheat Engine, also known as CE, is an open and free software made by Dark_Byte, and most commonly used for cheating in games using a hex memory searcher and editor to allow people to modify memory addresses. It is currently the most popular cheating software used today. CE has influenced a lot of online games (although it does not work on most any more), as it is open source and can be modified to their needs. It searches for values input by the user with a wide variety of options such as "Unknown Initial Value" and "Decreased Value" scans. Cheat Engine can also create standalone trainers which function on their own without Cheat Engine. Cheat Engine can also view the disassembled memory of a process and make alterations to give the user advantages such as infinite health, time or ammunition. It also has some Direct3D manipulation tools, allowing you to see through walls, zoom in/out and with some advanced configuration allows Cheat Engine to move the mouse for you to get a certain texture into the center of the screen. This is commonly used to create Aimbots.
Cheat Engine is an open source program (written mostly in Delphi) intended to be used for modifying games that run under Windows. As its name suggest, it is mainly used to cheat on games and this lead to it becoming the most popular tool for game modifications/hacking/cheating.


Cheat engine can be used in theory for single player installable Windows games, but its popularity grew based on the fact that it also works in cheating at online flash games. This happened because browser-based flash games such as Farmville, Restaurant City, Cityville (and many others from developers such as Zynga) are immensely popular, so tools like Cheat Engine that help cheat on these games became popular too.


Even if it is used mainly for the purpose of cheating, there are cases where it can be used to increase the difficulty of a particular game. For instance, you can use it to reduce the amount of health a character in the game has (or any other type of resource that is important), thus making it more difficult to complete tasks. Cheat Engine uses a memory scanner to detect which variables can be changed in a game in order to create advantages for the user such as infinite resources (money, gold, ...), increased time or weaponry. Because of the fact that it monitors memory assemblies of a process and that it is able to inject code, it might be detected by some antiviruses as a threat - there are some versions that eliminate the code injection feature thus no virus alert is shown.


The program comes with other features too, such as tools for game debugging, disassembler, assembler, speedhacks, trainer generation, Direct 3D manipulation, system inspection, etc. The Direct 3D manipulation tool is particularly interesting, given the fact that applying it to a game you can see through walls, zoom in or out at astonishing levels or other visual hacks (such as object placements). Cheat engine is used by game hackers too that create and release game trainers (independent of the program itself) and aimbots (game bots that allow a character to auto-aim in first-person shooter games).


The official Cheat Engine website has a forum and a wiki, which has among others information related to cheating on particular games (i.e. 3D Pinball: Space Cadet, Ashes 2 Ashes: Zombie Cricket, Club Penguin, Commando 2, Counter-Strike: Source, Doom 1, F.E.A.R. 2, FarmVillez, Fallout 3 and Fallout New Vegas, Learn to Fly, Mafia Wars, Painkiller:Resurrection, Robotrage, Sim Tower, Starcraft 2 ). The irony is that the author posted a notice regarding the fact that the tool might not be useful for online games and not to contact him about this, however gamecheats posted on the wiki also refer to online flash games.

Publisher’s Description of Cheat engine 5.5

Cheat Engine, also known as CE, is an open and free software made by Dark_Byte, and most commonly used for cheating in games using a hex memory searcher and editor to allow people to modify memory addresses. It is currently the most popular cheating software used today. CE has influenced a lot of online games (although it does not work on most any more), as it is open source and can be modified to their needs. It searches for values input by the user with a wide variety of options such as "Unknown Initial Value" and "Decreased Value" scans. Cheat Engine can also create standalone trainers which function on their own without Cheat Engine. Cheat Engine can also view the disassembled memory of a process and make alterations to give the user advantages such as infinite health, time or ammunition. It also has some Direct3D manipulation tools, allowing you to see through walls, zoom in/out and with some advanced configuration allows Cheat Engine to move the mouse for you to get a certain texture into the center of the screen. This is commonly used to create Aimbots.

Download Cheat Engine 5.5 click here 

Cheat Game Plants VS Zombies - Matahari tak terbatas (Unlimited Sun)

Cheat Game Plants VS Zombies - Matahari tak terbatas (Unlimited Sun)


Game Plants VS Zombies - unlimited sun cheat, cheat matahari tak terbatas. Game yang enaknya dimainin di waktu senggang salah satunya adalah Plants VS Zombies yang menurut saya mengasyikan. Game ini bercerita pertempuran antara tanaman dan zombie. Tanaman memiliki berbagai macam senjata untuk melawan zombie dalam mempertahankan rumahnya.

Dalam game ini, kita sebagai tanaman yang melawan zombie. untuk membeli tanaman kita membutuhkan matahari. Mungkin banyak yang mencari-cari cheat agar jumlah mataharinya tidak terbatas. Membuat matahari tidak terbatas bisa dilakukan dengan cheat engine. cara menggunakan cheat engine pun tidak begitu sulit. langsung saja ke cara membuat matahari tidak terbatas pada game plants vs zombie.


1. Buka Game Plants VS Zombies di komputer kamu. mainkan gamenya. Biarkan jumlah matahari tetap 50. Lalu Buka Cheat Engine 5.5(Game PVZ nya jangan di close). Kalian bisa gunakan tombol windows.


2. Setelah Cheat Engine Terbuka, Klik Tab Process, pilih aplikasi PVZ. Biasanya bernama 'PlantsVSZombies.exe'. Setelah itu masukkan jumlah matahari pada kolom 'Value' pada cheat engine. Masukkan jumlahnya yang ada di game PVZ saat membuka cheat engine (contohnya jumlahnya 50 - seperti pada gambar pertama). Lalu klik tombol 'First Scan'.


3. Setelah langkah nomor 2, buka kembali game PVZ yang tadi. Sekarang buat jumlah matahari berkurang atau bertambah dengan membeli tanaman atau mengambil matahari. misalnya jumlahnya menjadi 25, 75, 100, dll. dalam contoh ini, mataharinya dibuat jumlahnya menjadi 75. setelah itu kembali lagi ke cheat engine yang tadi.


4. Pada langkah 2, setelah menekan 'first scan'. Pada kolom kiri akan muncul address-address (biarkan saja). Pada langkah 4 ini, Masukkan kolom value jumlah matahari yang telah berubah dari sebelumnya. pada contoh ini jumlahnya 75. Lalu klik 'Next Scan'.


5. Setelah langkah 4, akan muncul Address pada kolom bagian kiri yang jumlahnya hanya 1 buah. Klik tanda panah kebawah. Lalu akan muncul address di bagian bawah. Sekarang kita lihat address bagian bawah, lalu klik 2x angka 75 pada kolom 'value'. Ganti angkanya terserah kalian. pada contoh ini, saya isi angka 9999 (lihat langkah 6).


6. Setelah mengisi value, Centang checkbox 'Frozen'. hal ini bertujuan agar jumlah matahari tidak bisa berkurang.


7. Setelah itu, buka lagi game PVZ. Ingat, cheat enginenya jangan di close. Dan hasilnya lihat sendiri. hehe ^ ^


Biasanya saat ganti level. Jumlah matahari akan berganti lagi menjadi 50. Untuk itu ulangi lagi langkah-langkahnya. bedanya, seperti pada langkah 2, saat perintah menekan tombol 'first scan' , tombol 'first scan' tidak ada, yang ada 'New Scan' dan 'Next Scan'. dalam hal ini klik 'New Scan' lalu akan keluar tombol 'First Scan', lalu klik. Setelah itu lanjutkan saja seperti cara di atas. Semoga bermanfaat.

Ubuntu 11.10 ‘Oneiric Ocelot’

Ubuntu 11.10 ‘Oneiric Ocelot’

 
tanggal 13 Oktober kemarin Ubuntu resmi meluncurkan sistem operasi Ubuntu 11.10 ‘Oneiric Ocelot’ untuk di download secara gratis oleh para penggemar dan pengguna Linux.
Ubuntu 11.10 Oneiric Ocelot menjadi rilis kelima belas sistem operasi populer Ubuntu. Hadir dengan berbagai macam fitur baru, perbaikan dan peningkatan di berbagai sektor. Dibangun di atas versi terbaru lingkungan destkop Gnome 3.2, Oneiric Ocelot membawa peningkatan pada Unity panel serta peluncurnya.
Ubuntu 11.10 telah tersedia untuk di unduh dari seluruh mirror server di seluruh dunia, termasuk semua versi keluarga Ubuntu (Ubuntu Destkop, Ubuntu Server, Ubuntuk Cloud, Kubuntu, Xubuntu, Lubuntu, Edubuntu, Mythbuntu dan Ubuntu Studio).
Berikut adalah fitur-fitur utama dan fitur tambahan pada Ubuntu 11.10
Fitur Utama:
  • Unity 3D interface 4.22;
  • Unity 2D interface 4.12;
  • GNOME 3.2.0;
  • Linux kernel 3.0.4;
  • X.Org 7.6;
  • Xorg Server 1.10.4;
  • Upstart 1.3;
  • GCC 4.6 toolchain;
  • Phyton 2.7.2;
  • Compiz Fusion 0.9.6;
Fitur Tambahan:
  • Peningkatan keindahan destkop; ditenagai oleh Unity panel dan peluncurnya yang kini telah diporting ke GTK3.
  • Dua metode login; Anda dapat memilih menggunakan antar muka 3D atau 2D.
  • Layar login baru; Ubuntu 11.10 kini telah menggunakan LighDM, sebuah login manajer yang ringan dan indah.
  • Fungsi kombinasi tombol Alt+Tab baru.
  • Empat belas wallpaper baru.
  • Ubuntu Software Center baru; Telah di desain ulang dengan antar muka yang lebih profesional.
  • Mozilla Firefox 7; Versi terbaru dari web browser popular Mozilla.
  • Mozilla Thunderbird 7; Pengelola email dari Mozilla yang kini telah menjadi default email client untuk Ubuntu 11.10.
  • Deja Dup; Perangkat pencadangan baru.
  • Dukungan Multiarch; Kompatibilitas yang lebih baik untuk arsitektur 32-bit pada sistem 64-bit.
  • Mendukung arsitektur ARM; Hanya untuk versi Server.
  • Dukungan berbagai bahasa untuk script; Bahasa Jepang, Cina dan Korea.
  • CD Hybrid/USB ISO Images; memungkinkan untuk menyalin ISO Images secara langsung pada disk USB.
  • Music lens baru; terkait dengan Banshee aplikasi yang memudahkan dalam mencari musik secara lokal maupun online.
Akhirnya pada tanggal 13 Oktober 2011 (atau 14 Oktober 2011 waktu Indonesia) kemarin, pihak Canonical merilis Ubuntu 11.10 secara resmi. Rilis terbaru ini diberi nama kode berupa “Oneiric Ocelot”. Rilis kali ini membawa beberapa perubahan yang cukup mencolok dari rilis sebelumnya (Ubuntu 11.04 Natty Narwhal).
Saya sendiri akhirnya memutuskan untuk menginstal Ubuntu versi terbaru ini secara ‘fresh-install’ atau ‘clean-install’ (setelah sebelumnya mengalami masalah yang cukup mengesalkan ketika berhasil melakukan ‘upgrade’ secara online). Apa masalahnya? Salah satunya yaitu tidak bisa dibukanya direktori home melalui Nautilus. Begitu pula direktori/folder lainnya. Satu-satunya jalan untuk bisa membukanya yaitu melalui aplikasi File Manager. Namun tetap saja jadi agak repot (kurang praktis), sehingga saya putuskan untuk men-’delete’ partisi Ubuntu hasil ‘upgrade’ yang bermasalah tersebut.
Mulai dari nol kembali akhirnya. Tapi saya bersyukur juga. Dengan demikian, saya bisa menjajal Ubuntu 11.10 secara bersih tanpa “kontaminasi” hasil upgrade dari versi sebelumnya. Saya pun menginstal Ubuntu 11.10 Oneiric Ocelot melalui ‘USB flashdisk’ (dengan bantuan aplikasi ‘Universal-USB-Installer‘) untuk membuat Live USB-nya. Pembuatan Live USB saya lakukan di sistem operasi Windows XP.
Instalasi pun berjalan mulus dan tidak begitu lama. Saya menginstal Ubuntu 11.10 ini di bekas partisi milik Ubuntu 11.04 yang telah saya hapus. Ukuran partisinya lebih dari cukup, yakni sebesar 21,9 GB. Usai berhasil menginstalnya, ukuran total partisi berkurang sekitar 2,2 GB.

Lalu, apa saja yang berbeda di Ubuntu 11.10 ini?

  • Kernel baru (versi 3.0.0-12-generic) dan juga dukungan dekstop Gnome terbaru (versi 3.2.0). system
    gambar 1 (keterangan sistem)
  • Tampilan menu utama. launcher
    gambar 2 (menu utama)
    Sebenarnya tidak banyak berubah, kecuali adanya tambahan 4 icon kecil di bagian bawah. Namun sayangnya, ketika icon-icon tersebut disorot via ‘pointer‘ menggunakan ‘mouse’/tetikus, tidak ada keterangan sedikit pun tentang apa yang bisa menggambarkannya jika diklik.
    icon kecil
    gambar 3 (mini icon menu)
    Jadi dalam hal ini, pengguna disuruh menerka-nerka atau melakukan eksplorasi lebih lanjut agar mengetahui fungsi icon navigasi tersebut. Mungkin desainer icon menu tersebut berpikir bahwa pengguna sudah cukup paham makna gambar-gambar yang dijadikan icon menunya.
  • Perubahan selanjutnya terletak pada desain tampilan sub-sub menu yang ada di sisi kanan. Jika di Ubuntu 11.04 menggunakan list penanda berupa kotak ‘checkbox’, maka di Ubuntu 11.10 ini, tampilan list penanda sub-sub menu (tipe) softwarenya berupa ’rounded-box’ yang mengelilinginya. Namun sayang sekali, ketika sub menu atau sub kategori software tersebut disorot menggunakan pointer, tidak ada efek ‘hover’ sama sekali, padahal efek ‘hover’ saat sebuah menu navigasi disorot adalah salah satu pendukung aksesibilitas yang cukup penting.
    tanpa hover
    gambar 4 (sub kategori tanpa efek ‘hover’)
    Kenyataannya, yang ada cuma efek ‘focus’ (efek tampilan usai menu tersebut diklik).
    focus
    gambar 5 (efek focus sub kategori)
  • Perubahan lain yang terlihat cukup mencolok yaitu pada tampilan menu ‘System Settings’ yang tampak disederhanakan. Tidak ada lagi pemisahan berdasarkan kategori. Semua menu untuk melakukan kustomisasi digabungkan menjadi satu (tanpa pembatas/penanda berdasarkan kategorinya).
    Namun sayangnya (lagi-lagi) tidak ada efek apapun saat pengguna mengarahkan pointer komputernya di atas icon-icon menu yang tersaji.
    system settings
    gambar 6 (icon menu system settings)
    Hal sepele seperti ini sebenarnya cukup penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Setidaknya berupa perubahan warna latar icon ketika ia disorot menggunakan pointer. Atau bisa juga cukup dengan efek kursor berupa tangan yang akan mengklik icon tersebut (saat pengguna mengarahkan pointer di atas icon menu). Kenyataannya, salah satu dari kedua efek pendukung aksesibilitas tersebut sama sekali tidak saya temukan. Bukan cuma pada menu ‘System Settings’, namun juga pada menu utama (gambar 2).
  • Kita lanjut ke tampilan jendela kumpulan folder/direktori. Saya lihat juga berubah cukup drastis.
    folder home
    gambar 7 (jendela file/folder)
    Apa yang baru pada tampilan jendela folder (nautilus) di atas? Yang paling kentara yaitu adanya pemisahan antara partisi milik sistem operasi yang sedang aktif (ditandai dengan keterangan berupa kategori ‘Computer’) dan partisi lain yang bukan menjadi bagian sistem operasi yang sedang aktif tersebut (keterangan berupa ‘Devices’).
    Pada gambar di atas (bagian ‘Devices’), JANGKRIK, DODOL, Chakra, dan LinuxMint adalah partisi-partisi di luar sistem Ubuntu, sedangkan Home, Dekstop, Documents, Music, Pictures, Videos, File System dan Trash adalah direktori yang berada pada partisi Ubuntu 11.10. Pemisahan ini cukup positif dalam membantu pengguna untuk membedakan keduanya.
  • Lanjut lagi ke menu ‘Appearance‘ (menu untuk melakukan perubahan tampilan dekstop dan tema). Saya lihat berubah sangat drastis.
    Appearance
    gambar 8 (menu appearance)
    Sayangnya, saya tidak menemukan sub menu atau tombol untuk melakukan kustomisasi lebih lanjut jika pengguna kurang suka dengan tampilan default tema yang disediakan. Tidak ada pula tombol/menu untuk menginstal tema-tema lain di luar tema yang ada. Hmm, mengapa pengembang Ubuntu justru membatasi/menghambat pengguna untuk melakukan kustomisasi lebih jauh lagi? Apalagi tema bawaan yang disediakan cuma ada 4 buah, yaitu Ambiance (‘default-theme’), Radiance, HighContras, dan HighContrasInverse.
    Jujur saya, hal ini membuat saya sedikit kesal karena tidak bebas lagi mengutak-atik tampilan Ubuntu. Tidak ada lagi pula pilihan untuk mengkustomisasi tampilan kontrol jendela, warnanya, ‘window border’, serta ‘icon’ dan ‘pointer’. Apakah ini berarti bahwa pengembang Ubuntu cenderung memaksa pengguna agar hanya menggunakan tema default atau tema yang sudah disediakan? Khawatir jika Ubuntu akan kehilangan ciri khas temanya jika memberikan keleluasan lebih bagi pengguna untuk mengkustomisasi tampilan?
  • Mari kita beralih ke tampilan jendela aplikasi ‘LibreOffice‘. Ternyata global menu khas Unity (seperti pada Ubuntu 11.04) sudah tidak ‘built-in’ lagi dengan aplikasi LibreOffice. Bar navigasi bagian atas LibreOffice sudah menyatu kembali dengan jendela aplikasinya. Tidak lagi terpisah atau berada pada sudut kiri atas seperti pada Ubuntu Natty Narwhal.
    libreoffice
    gambar 9 (aplikasi LibreOffice)
    Saya pribadi cukup senang dengan perubahan kembali ke asal ini, soalnya saya kurang suka dengan model ‘global menu’ ala Mac OS itu. Bagi saya, ‘global menu’ kurang mendukung aksesibilitas dan berpotensi membingungkan pengguna pemula. Inilah alasan mengapa ada sebagian pengguna Linux berbasis Ubuntu yang lebih suka dengan model dekstop klasik daripada dekstop Unity bawaan Ubuntu yang mulai diperkenalkan sejak Ubuntu 11.04 lalu tersebut.
  • Lalu, perubahan mencolok lainnya saya temukan pada aplikasi ‘Ubuntu Software Center‘ yang tersusun dari 3 menu utama, yaitu ‘What’s News’, ‘Top Rated’, dan list kategori software. Ukuran dimensi jendelanya juga jauh lebih besar dari sebelumnya, yaitu 1090 x 710.
    software center
    gambar 10 (Ubuntu Software Center)
    Nah, di aplikasi inilah saya baru menemukan efek ‘hover’ saat pengguna mengarahkan pointer komputernya di atas icon menu maupun list navigasi yang ada. Efek ‘hover’ tersebut berupa perubahan pointer menjadi kursor berupa tangan saat pengguna menyorot salah satu icon menu atau list navigasi.
    kursor tangan
    gambar 11 (efek hand-cursor)
    kursor tangan
    gambar 12 (efek hand-cursor)
    Sebenarnya saya berharap tidak sekadar efek kursor berupa tangan, namun ada baiknya juga berupa perubahan warna latar. Tapi efek kursor tangan saja sudah cukup membantu aksesibilitas.
    Masih tentang aplikasi ‘Ubuntu Software Center’. Ketika masuk/mengklik salah satu kategori software (misalnya ‘Developer Tools’), kita akan disuguhkan menu ‘Top Rated’ pada bagian bawahnya. Cukup membantu pengguna dalam memberi gambaran/informasi tentang software apa saja yang banyak disukai oleh pengguna lainnya. Pengklasifikasian kategori ‘Developer Tools’ menjadi sub-sub kategori yang lebih kecil juga sangat membantu pengguna dalam memilah-milah aplikasi sesuai bidangnya. Begitu pula pada beberapa kategori utama lainnya.
    kategori internet
    gambar 13 (kategori Internet)

Satu Hal yang Cukup Mengejutkan

Tidak biasanya pihak Canonical selaku pengembang Ubuntu mencopot aplikasi ‘Synaptic Package Manager’ dalam paket rilis Ubuntu. Ya, saya cukup kaget dalam hal ini. Saya tidak menemukan ‘Synaptic Package Manager’ dalam daftar aplikasi/utilitas yang ‘built-in’ pada Ubuntu 11.10. Padahal sudah lumrah diketahui bahwa ‘Synaptic Package Manager’ adalah bagian tak terpisahkan dari trionya dengan aplikasi ‘Update Manager’ dan ‘Ubuntu Software Center’.
Atas dasar pertimbangan apa pihak pengembang Ubuntu “menendang” aplikasi ‘Synaptic Package Manager’ dari bundel paket rilis Ubuntu 11.10?
Saya pun lalu coba menginstalnya. Namun lagi-lagi hal aneh terjadi. Saya tidak bisa membuka aplikasi tersebut, padahal password root sudah saya masukkan. Jendela aplikasi ‘Synaptic Package Manager’ cuma muncul sekitar setengah detik, lalu tertutup kembali secara otomatis. Apakah itu pertanda bahwa aplikasi tersebut tidak lagi dianjurkan untuk dipakai? Siapa tahu pihak pengembang sudah memaksimalkan 2 aplikasi serupa lainnya untuk menggantikan fungsi ‘Synaptic Package Manager’. Ya, ada kemungkinan ‘Update Manager’ dan terutama ‘Ubuntu Software Center’ sudah dirancang/disempurnakan sebagai pengelola segala aplikasi untuk pengguna Ubuntu 11.10.

Masalah klasik seputar aplikasi Multimedia

Seperti biasanya (usai saya menginstal Ubuntu versi terbaru), hampir selalu ada masalah saat hendak memutar file MP3 maupun video. Misalnya saat saya hendak memutar MP3 melalui aplikasi Banshe (pemutar ‘sound’ default bawaan Ubuntu 11.10), ternyata membutuhkan plugin/ekstensi tambahan lagi, yaitu ‘gstreamer0.10-fluendo-mp3′ dan ‘gstreamer0.10-plugins-ugly’. Untuk menginstalnya, tentu saja komputer kita harus terkoneksi dengan jaringan Internet.
Begitu pula ketika saya hendak memutar file video melalui aplikasi Movie Player. Ternyata harus menginstal plugin ‘gstreamer0.10-ffmpeg’ terlebih dahulu. Sebelumnya, muncul kotak dialog seperti di bawah ini.
plugin gstreamer
gambar 14 (kotak dialog pencarian plugin)
Wah, cukup merepotkan kalau begitu. Harusnya sih sudah ‘built-in’ (agar pengguna tinggal menggunakan aplikasi multimedia yang sudah terinstal). Mengapa pengembang Ubuntu mengabaikan hal ini?
Di luar beberapa kekurangan yang saya temui di atas, Ubuntu 11.10 pada dasarnya membawa sejumlah perubahan yang cukup drastis dari versi sebelumnya. Tentu saja belum bisa saya katakan memuaskan. Untuk masalah driver VGA SiS 671 saja, saya belum menemukannya dalam bundel paket Ubuntu 11.10 ini, sehingga pengguna harus berjuang lagi untuk menginstal driver tersebut (agar resolusi layar monitor komputer mereka benar-benar sesuai aslinya).

 Download Ubuntu 11.10 Lastest Version

Pages

Slider(Do not Edit Here!)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo